RADIASI
Dalam fisika, radiasi mendeskripsikan setiap proses di mana energi bergerak melalui media atau melalui ruang, dan
akhirnya diserap oleh benda lain. Orang awam sering menghubungkan kata radiasi ionisasi (misalnya, sebagaimana terjadi pada senjata nuklir,
reaktor nuklir, dan zat radioaktif),
tetapi juga dapat merujuk kepada radiasi
elektromagnetik (yaitu, gelombang radio, cahaya inframerah, cahaya tampak, sinar ultra violet, dan X-ray), radiasi akustik, atau untuk proses lain yang lebih
jelas. Apa yang membuat radiasi adalah bahwa energi memancarkan (yaitu,
bergerak ke luar dalam garis lurus ke segala arah) dari suatu sumber. geometri
ini secara alami mengarah pada sistem pengukuran dan unit fisik yang sama
berlaku untuk semua jenis radiasi. Beberapa radiasi dapat berbahaya.
EFEK RADIASI TERHADAP MANUSIA
Jika radiasi mengenai tubuh manusia, ada 2 kemungkinan
yang dapat terjadi: berinteraksi dengan tubuh manusia, atau hanya melewati
saja. Jika berinteraksi, radiasi dapat mengionisasi atau dapat pula
mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses
ionisasi atau eksitasi, radiasi akan
kehilangan sebagian energinya. Energi radiasi yang hilang akan menyebabkan
peningkatan temperatur (panas) pada bahan (atom) yang berinteraksi dengan
radiasi tersebut. Dengan kata lain, semua energi radiasi yang terserap di
jaringan biologis akan muncul sebagai panas melalui peningkatan vibrasi
(getaran) atom dan struktur molekul. Ini merupakan awal
dari perubahan kimiawi yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang
merugikan.
Satuan dasar dari jaringan biologis adalah
sel. Sel mempunyai inti sel yang merupakan
pusat pengontrol sel. Sel terdiri dari 80% air dan 20% senyawa biologis kompleks.
Jika radiasi pengion menembus
jaringan, maka dapat mengakibatkan terjadinya ionisasi dan menghasilkan radikal bebas, misalnya
radikal bebas hidroksil (OH), yang terdiri dari atom oksigen dan atom hidrogen.
Secara kimia, radikal bebas sangat reaktif dan dapat mengubah molekul-molekul
penting dalam sel.
DNA (deoxyribonucleic acid)
merupakan salah satu molekul yang terdapat di inti sel, berperan untuk
mengontrol struktur dan fungsi sel serta menggandakan dirinya sendiri. Setidaknya
ada dua cara bagaimana radiasi dapat mengakibatkan kerusakan pada sel. Pertama,
radiasi dapat mengionisasi langsung molekul DNA sehingga terjadi perubahan
kimiawi pada DNA. Kedua, perubahan kimiawi pada DNA terjadi secara tidak
langsung, yaitu jika DNA berinteraksi dengan radikal bebas hidroksil.
Terjadinya perubahan kimiawi pada DNA tersebut, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat menyebabkan efek biologis yang merugikan, misalnya
timbulnya kanker maupun kelainan genetik.
Pada dosis rendah, misalnya dosis radiasi
latar belakang yang kita terima sehari-hari, sel dapat memulihkan dirinya
sendiri dengan sangat cepat. Pada dosis lebih tinggi (hingga 1 Sv), ada
kemungkinan sel tidak dapat memulihkan dirinya sendiri, sehingga sel akan
mengalami kerusakan permanen atau mati. Sel yang mati relatif tidak berbahaya
karena akan diganti dengan sel baru. Sel yang mengalami kerusakan permanen
dapat menghasilkan sel yang abnormal ketika sel yang rusak tersebut membelah
diri. Sel yang abnormal inilah yang akan meningkatkan risiko tejadinya kanker
pada manusia akibat radiasi.
Efek radiasi terhadap tubuh manusia
bergantung pada seberapa banyak dosis yang diberikan, dan bergantung pula pada
lajunya; apakah diberikan secara akut (dalam jangka waktu seketika) atau secara
gradual (sedikit demi sedikit).
Sebagai contoh, radiasi gamma dengan dosis 2 Sv
(200 rem) yang diberikan pada seluruh tubuh dalam waktu 30 menit akan
menyebabkan pusing dan muntah-muntah pada beberapa persen manusia yang terkena
dosis tersebut, dan kemungkinan satu persen akan meninggal dalam waktu satu
atau dua bulan kemudian. Untuk dosis yang sama tetapi diberikan dalam rentang
waktu satu bulan atau lebih, efek sindroma radiasi akut tersebut tidak terjadi.
Contoh lain, dosis radiasi akut sebesar 3,5 –
4 Sv (350 – 400 rem) yang diberikan seluruh tubuh akan menyebabkan kematian
sekitar 50% dari mereka yang mendapat radiasi dalam waktu 30 hari kemudian.
Sebaliknya, dosis yang sama yang diberikan secara merata dalam waktu satu tahun
tidak menimbulkan akibat yang sama.
Selain bergantung pada jumlah dan laju dosis,
setiap organ tubuh mempunyai kepekaan yang berlainan terhadap radiasi, sehingga
efek yang ditimbulkan radiasi juga akan berbeda.
Sebagai contoh, dosis terserap 5 Gy atau
lebih yang diberikan secara sekaligus pada seluruh tubuh dan tidak langsung
mendapat perawatan medis, akan dapat mengakibatkan kematian karena terjadinya
kerusakan sumsum tulang belakang serta saluran pernapasan dan pencernaan. Jika
segera dilakukan perawatan medis, jiwa seseorang yang mendapat dosis terserap 5
Gy tersebut mungkin dapat diselamatkan. Namun, jika dosis terserapnya mencapai
50 Gy, jiwanya tidak mungkin diselamatkan lagi, walaupun ia segera mendapatkan
perawatan medis.
Jika dosis terserap 5 Gy tersebut diberikan
secara sekaligus ke organ tertentu saja (tidak ke seluruh tubuh), kemungkinan
besar tidak akan berakibat fatal. Sebagai contoh, dosis terserap 5 Gy yang
diberikan sekaligus ke kulit akan menyebabkan eritema. Contoh lain, dosis
yang sama jika diberikan ke organ reproduksi akan menyebabkan mandul.
Efek radiasi yang langsung terlihat ini
disebut Efek
Deterministik. Efek ini hanya muncul jika dosis radiasinya melebihi
suatu batas tertentu, disebut Dosis Ambang.
Efek deterministik bisa juga terjadi dalam
jangka waktu yang agak lama setelah terkena radiasi, dan umumnya tidak
berakibat fatal. Sebagai contoh, katarak dan kerusakan kulit dapat terjadi
dalam waktu beberapa minggu setelah terkena dosis radiasi 5 Sv atau lebih.
Jika dosisnya rendah, atau diberikan dalam
jangka waktu yang lama (tidak sekaligus), kemungkinan besar sel-sel tubuh akan
memperbaiki dirinya sendiri sehingga tubuh tidak menampakkan tanda-tanda bekas
terkena radiasi. Namun demikian, bisa saja sel-sel tubuh sebenarnya mengalami
kerusakan, dan akibat kerusakan tersebut baru muncul dalam jangka waktu yang
sangat lama (mungkin berpuluh-puluh tahun kemudian), dikenal juga sebagai
periode laten. Efek radiasi yang tidak langsung terlihat ini disebut Efek Stokastik.
Efek stokastik ini tidak dapat dipastikan
akan terjadi, namun probabilitas terjadinya akan
semakin besar apabila dosisnya juga bertambah besar dan dosisnya diberikan
dalam jangka waktu seketika. Efek stokastik ini mengacu pada penundaan antara
saat pemaparan radiasi dan saat penampakan efek yang terjadi akibat pemaparan
tersebut. Kecuali untuk leukimia yang dapat berkembang dalam waktu 2 tahun,
efek pemaparan radiasi tidak memperlihatkan efek apapun dalam waktu 20 tahun
atau lebih.
Salah
satu penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah kanker. Penyebab
sebenarnya dari penyakit kanker tetap tidak diketahui. Selain dapat disebabkan
oleh radiasi pengion, kanker dapat pula disebabkan oleh zat-zat lain, disebut
zat karsinogen, misalnya asap rokok, asbes dan ultraviolet. Dalam kurun waktu sebelum
periode laten berakhir, korban dapat meninggal karena penyebab lain. Karena
lamanya periode laten ini, seseorang yang masih hidup bertahun-tahun setelah
menerima paparan radiasi ada kemungkinan menerima tambahan zat-zat karsinogen
dalam kurun waktu tersebut. Oleh karena itu, jika suatu saat timbul kanker,
maka kanker tersebut dapat disebabkan oleh zat-zat karsinogen, bukan hanya
disebabkan oleh radiasi.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Radiasi
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi/2-3.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar