Tulisan Sadi Carnot (1796-1832), seorang Perancis, yang sangat
terkenal pada tahun 1824 menjadi inspirasi bagi banyak penelitian yang
dilakukan mengenai berbagai konsep termodinamika dan sistem pendinginan,
termasuk James Prescot Joule (Inggris, 1818-1889), Julios von Mayer (Jerman,
1814-1878), Herman von Helmholtz (Jerman, 1821-1894), Rudolph Clausius (Jerman,
1822-1888), Ludwig Boltzmann (Austria, 1844-1906), dan William Thomson (Lord
Kelvin, Inggris, 1824-1907).
Penemuan-penemuan di atas menjadi awal yang sangat berharga
dalam sejarah penemuan mesin-mesin pendinginan dan zat-zat pendinginnya.
Perkembangan ini dimulai dengan mesin pendingin mekanis, setelah seorang
Amerika bernama Oliver Evans (1755-1819) mampu menjelaskan siklus refrigerasi
kompresi uap. Pada tahun 1835, seorang Amerika lainnya yang bekerja di Inggris
yaitu Jacob Perkins (1766-1849) berhasil mendapatkan paten untuk mesin
pendingin temuannya yang bekerja berdasarkan siklus kompresi uap tersebut.
Fluida kerja (refrigeran) yang digunakan Perkins pada mesin
pendinginnya tersebut adalah ethyl ether. James Harrison (1816-1893), seorang
Skotlandia yang pindah ke Australia, berhasil membuat mesin pendingin yang
dapat bekerja dengan baik pada skala industrial. Mesin tersebut dipatenkan oleh
Harrison pada tahun 1855, 1856, dan 1857. Mesin pendingin Harrison, yang
diproduksi di Inggris, masih menggunakan ethyl ether sebagai fluida kerja, dan
mampu menghasilkan es maupun larutan pendingin (refrigeran sekunder).
Dengan ditemukannya mesin pendingin sistem kompresi uap, terjadi
perkembangan yang cepat dalam penemuan zat-zat pendingin (refrigeran). Charles
Tellier (1828-1913), seorang Perancis, memperkenalkan penggunaan dimethyl ehter
sebagai refigeran. Pada tahun 1862, Tellier juga meneliti penggunaan amonia
(NH3) sebagai refrigeran, meskipun penggunaannya secara luas pada skala
industrial baru dapat dilakukan oleh seorang Jerman Carl von Linde (1842-1934).
Refrigeran amonia masih banyak digunakan hingga sekarang, khususnya pada
industri pembekuan pangan.
Thaddeus Lowe (1832-1913) mulai menggunakan karbon-dioksida
(CO2) sebagai refrigeran. Meskipun sempat ditinggalkan, penggunaan karbon-dioksida
belakangan ini kembali dikembangkan sebagai refrigeran yang ramah lingkungan.
Sulfur-dioksida (SO2) pertama kali digunakan sebagai refrigeran oleh ahli
fisika Swiss Raoul Pierre Pictet (1846-1929), tetapi akhirnya tidak digunakan
lagi sesaat sebelum perang dunia II. Metil-klorida (Ch3Cl) juga digunakan oleh
orang Perancis C. Vincent sebagai refrigeran pada tahun 1878, meskipun akhirnya
hilang dari peredaran pada tahnun 1960-an.
Didasarkan pada hasil penelitian Swarts yang dilakukan selama
kurun 1893-1907 di Ghent, suatu tim peneliti Frigidaire Corporation di Amerika,
yang dipimpin oleh Thomas Midgley berhasil mengembangkan refrigeran
fluoro-carbon pertama pada tahun 1930. Refrigeran fluoro-carbon dianggap
sebagai refrigeran yang aman karena tidak bersifat toksik dan tidak mudah
terbakar. Refrigeran CFC (chloro-fluoro-carbon) pertama, yaitu R12 (CF2Cl2)
mulai dilepas ke pasar pada tahun 1931, diikuti dengan refrigeran HCFC
(hidro-chloro-fluoro-carbon) pertama, yaitu R22 (CHF2Cl) pada tahun 1934. Pada
tahun 1961, campuran azeotropik pertama, yaitu R502 (R22/R115), diperkenalkan
ke pasar sebagai refrigeran.
Refrigeran CFC, khususnya R12, dianggap sebagai zat yang sangat
istimewa sebagai fluida kerja mesin pendingin sistem kompresi uap, hingga pemenang
Nobel dari Amerika (F.S. Rowland dan M.J. Molina) mempublikasikan hasil
penelitiannya pada tahun 1974. Rowland dan Molina menyimpulkan bahwa klorin
yang dilepaskan oleh zat halogenasi hidrokarbon menyebabkan terjadinya
perusakan lapisan ozon di angkasa. Untuk menganggapi temuan ini, pada tahun
1987 telah disepakati Protokol Montreal mengenai pelarangan penggunaan zat-zat
yang bersifat merusak lapisan ozon.
Refrigeran CFC dan HCFC termasuk pada kategori zat perusak ozon,
sehingga penggunaannya sebagai refrigeran juga dilarang. Sebagai gantinya,
disarankan penggunaan HFC (hidro-fluoro-carbon), yaitu refrigeran yang
dihalogenasi tapi tidak diklorinasi. Akan tetapi, refrigeran HFC, baik yang
murni (R134a) maupun campurannya (R410A, R407A, R404A, dll), juga menimbulkan
efek lingkungan yaitu pemanasan global. Pada Protokol Kyoto, yang
ditanda-tangani pada 11 Desember 1997, refrigeran HFC termasuk zat yang
dilarang peredarannya karena menyebabkan pemanasan global. Indonesia, sebagai
negara yang ikut meratifikasi Protokol Montreal maupun Protokol Kyoto,
berkewajiban untuk melaksanakan setiap fasal dalam protokol yang disepakati
tersebut.
Perkembangan lain dalam sistem kompresi uap adalah pada komponen
peralatannya. Pada awalnya mesin pendingin sistem kompresi uap menggunakan
kompresor dengan piston yang besar dan lambat, tetapi sejak akhir abad ke-19
berubah menjadi lebih ringan dan cepat. Pada tahun 1934 A. Lysholm berhasil
mengembangkan kompresor ulir dengan rotor ganda di Swedia, sedangkan pada tahun
1967 B. Zimmern mengembangkan kompresor ulir rotor tunggal di Perancis.
Kompresor scroll sebenarnya telah dipatenkan oleh seorang
Perancis bernama Leon Creux pada tahun 1905, tetapi baru dapat dikembangkan
pada tahun 1970-an. Kompresor sentrifugal dikembangkan atas dasar penelitian
seorang Perancis bernama Auguste Rateau tahun 1890 dan orang Amerika bernama
Willis Carrier tahun 1911. Kompresor hermetik dikembangkan untuk mengatasi
kebocoran refrigeran oleh Father Audiffren pada tahun 1905 di Perancis, dan
digunakan sangat banyak saat ini.
Sumber:
http://mubaroq.blogspot.com/2009/01/refrigerasi-dan-tata-udara.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar